INFLASI
A. Pengertian Inflasi
Inflasi berarti kenaikan harga untuk semua barang yang dapat mengganggu atau
bahkan mengancam perekonomian suatu negara. Perhitungan tingkat inflasi
berguna untuk menggambarkan perubahan harga dari satu tahun ke tahun
berikutnya. Dalam hal ini, perlu untuk mengendalikan indeks harga konsumen dari
satu tahun ke tahun tertentu dan seterusnya untuk membandingkan dengan indeks
harga tahun sebelumnya.
Inflasi adalah kenaikan harga barang, yang menurut definisi ini bersifat umum dan
berkelanjutan. Ada tiga komponen yang harus dipenuhi untuk mengatakan bahwa
inflasi telah terjadi:
a) Kenaikan Harga
Harga suatu komoditas harus naik jika melebihi harga periode sebelumnya.
Perbandingan level harga dapat dilakukan dengan interval yang lebih lama:
satu minggu, satu bulan, seperempat dan satu tahun. Perbandingan harga
juga bisa musiman. Karena itu dapat dikatakan bahwa selama Panceklik
selalu ada kenaikan harga untuk barang-barang tertentu.
b) Bersifat umum
Kenaikan harga komoditas tidak bisa disebut inflasi jika kenaikan itu tidak
mengarah pada kenaikan harga secara umum. Pengalaman Indonesia
menunjukkan bahwa setiap pemerintah menaikkan harga bahan bakar, dan
harga untuk komoditas lain juga naik. Karena BBM adalah komoditas
strategis, kenaikan harga bahan bakar akan memengaruhi kenaikan harga
komoditas lainny.
c) Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga secara umum tidak akan mendorong inflasi, jika hanya
sesaat. Oleh karena itu, perhitungan inflasi dilakukan dalam periode bulanan
minimum. Karena dalam sebulan akan menunjukkan apakah kenaikan harga
bersifat umum dan berkelanjutan. Waktu benchmark lainnya adalah
triwulanan dan tahunan. Jika pemerintah menyatakan bahwa inflasi adalah
10% tahun ini, itu berarti inflasi kumulatif adalah 10% per tahun. Tingkat
inflasi triwulanan rata-rata 2,5% (10%: 4), sedangkan tingkat inflasi bulanan
adalah 0,83% (10%: 12).
B. Jenis Inflasi (Kenaikan Harga)
Berdasarkan pada sumber atau penyebab, kenaikan harga-harga yang berlaku atau
inflasi biasanya dibedakan kepada dua bentuk berikut:
1) Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation)
Inflasi ini muncul karena permintaan publik untuk berbagai jenis barang
terlalu kuat. Inflasi sisi permintaan dihasilkan dari peningkatan permintaan
agregat di lapangan kerja penuh ketika kondisi produksi sudah ada:
kepercayaan konsumen dan bisnis, pasokan uang, pengeluaran pemerintah,
tarif pajak, transfer bersih dan ekspor. Permintaan inflasi didasarkan pada
pertumbuhan GDP Nominal.
2) Inflasi desakan biaya (cost push inflation)
Inflasi ini timbul karena kenaikan biaya produksi atau berkurangnya
penawaran agregatif. Pada inflasi biaya produksi tingkat penawaran lebih
rendah dibandingkan dengan tingkat permintaan. Karena adanya kenaikan
harga factor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya
sampai pada jumlah tertentu. Tipe-tipe dari desakan biaya adalah :
pergerakan minyak, pergerakan harga tani, pergerakan harga impor, dan
pergerakan pertumbuhan produktivitas.
Berdasarkan pada asal usul inflasi, kenaikan harga-harga yang berlaku atau inflasi
biasanya dibedakan kepada dua bentuk berikut:
1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi dalam negeri disebabkan karena pencetakan uang baru, panen gagal
dan sebagainya.
2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Kenaikan harga barang impor yang menyebabkan secara langgsung
menaikkan indeks biaya hidup namun secara tidak langsung menaikkan
indeks biaya produksi.
Berdasarkan pada parah atau tidaknya inflasi, kenaikan harga-harga yang berlaku
atau inflasi biasanya dibedakan kepada dua bentuk berikut:
1) Laju inflasi ringan : < 10%
Ditandai dengan kenaikan harga berjalan secara lambat dengan persentase
yang kecil serta dalam jangka waktu relatif.
2) Laju inflasi sedang : 10% - 30%
Ditandai dengan kenaikan harga relative cepat atau perlu diwaspadai
dampaknya terhadap perekonomian.
3) Laju inflasi Berat : 30% -100%
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang
berjalan dalam waktu yang relative pendek serta mempunyai sifat akselerasi
yang artinya harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu
atau bulan sebelumnya.
4) Hyperinflasi : >100%
Dimana inflasi ini paling parah akibatnya. Dimana masyarakat tidak lagi
berkeinginan menyimpan uang, nilai uang merosot dengan tajam sehingga
ditukar dengan barang. Harga-harga naik lima sampai enam kali. Biasanya keadaan ini timbul oleh adanya perang yang dibelanjai atau ditutupi dengan
mencetak uang.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS):
1) Inflasi Umum berdasar dari Indeks Harga Konsumen. Perubahan positif dari
IHK disebut inflasi dan jika negatif disebut deflasi. Perhitungan inflasi dari
IHK adalah sebagai berikut:
2) Inflasi inti (core inflation), adalah “inflasi barang dan jasa yang
perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara
umum, seperti ekspektasi inflasi , nilai tukar, dan keseimbangan permintaan
dan penawaran yang sifatnya cenderung permanen, persistent dan bersifat
umum sesuai dengan SBH 2007 sebanyak 692 komoditas seperti kontrak
rumah, buruh, mie, susu, mobil, sepeda motor dan sebagainya”.
3) Inflasi yang harganya diatur pemerintah (administrated prices inflation)
sesuai SBH 2007 jumlah komoditasnya 21 antara lain “bensin, tarif listrik,
rokok dan sebagainya”.
4) Inflasi bergejolak (volatile goods) Inflasi barang dan jasa yang
perkembangan harganya sangat bergejolak. Inflasi ini berdasarkan 61 bahan
didominasi oleh bahan makanan antara lain beras, minyak goring, cabe,
daging ayam ras, dan sebagainya.
C. Indeks Harga Konsumen (IHK)
Angka indeks merupakan “suatu konsep yang dapat memberikan gambaran tentang
perubahan-perubahan variabel dari suatu periode ke periode berikutnya”. Dengan
demikian angka indeks dapat diartikan sebagai angka perbandingan yang perubahan
relatifnya dinyatakan dalam bentuk persentase (%) terhadap yang lain. Indeks harga
dalam ekonomi mempunyai peranan antara lain:
1) Dapat digunakan sebagai kebijakan default untuk perbandingan harga
sesekali
2) Indeks harga adalah indikator atau indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi secara umum
3) Indeks harga dealer besar dapat memberikan gambaran atau tren dalam
perdagangan
4) Indeks harga konsumen dan indeks biaya hidup dapat digunakan sebagai
dasar untuk menentukan gaji, termasuk dasar untuk mengubahnya 5) Indeks harga yang dibayarkan atau diterima oleh petani dapat
menggambarkan apakah petani baik-baik saja atau tidak
6) Indeks harga dapat berfungsi sebagai dasar untuk menentukan pola atau
untuk kebijakan moneter pemerintah
D. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tidak akan berkontribusi signifikan terhadap pembangunan
ekonomi. Meningkatnya biaya mempengaruhi kegiatan produksi yang sangat tidak
menguntungkan bagi perusahaan. Oleh karena itu, investor umumnya lebih suka
menggunakan aset mereka, antara lain, untuk berspekulasi pada pembelian properti,
pabrik dan peralatan seperti tanah, rumah dan bangunan.
Peningkatan harga akan merugikan perdagangan. Naiknya harga berarti bahwa
barang-barang negara tidak dapat bersaing di pasar internasional, yang mengarah
pada penurunan ekspor. Di sisi lain, semakin tingginya harga produksi dalam negeri
akibat inflasi menyebabkan barang impor relatif murah, sehingga impor akan
meningkat. Penurunan ekspor, diikuti oleh peningkatan impor, menyebabkan
ketidakseimbangan dalam aliran valuta asing, sehingga memperburuk posisi neraca
pembayaran atau menciptakan defisit.
E. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Disamping menimbulkan efek buruk atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga
akan menimbulkan efek-efek berikut kepada individu masyarakat:
a) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan
tetap.
b) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c) Memperburuk pembagian kekayaan.
Penyebab Inflasi terbagi dua yaitu Inti dan Non Inti. Indikator Inflasi inti adalah
output gap, eksternal dan ekspektasi. Dimulai dari konsumsi, ekspor, dan investasi
yang mendukung permintaan sedangkan investasi, produksi, dan impor menfukung
penawaran. Kesenjangan antara permintaan dan penawaran agregat menghasilkan
ouput gap. Dari sisi, eksternal dan ekspektasi berasal dari inflasi dunia dan nilai
tukar. Indikator inflasi non inti adalah administered price dan volatile food price.
Administered price berasal dari pemerintah. Volatile food price dimulai dari supply
shock (guncangan penawaran) yang digolongkan impor makanan dan produksi
makanan yang mempengaruhi penawaran sedangkan populasi mempengaruhi
permintaan. Kesenjangan penawran dan permintaan membuat food price menjadi
volatile.
Referensi
Case and fair. 2008. “Prinsip-prinsip Ekonomi, Edisi Kedelapan, Jilid Dua, Jakarta:
Erlangga.
Mankiw N,Gregory, dkk, 2012, Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba
Empat.
Sukirno, Sadono (2017). “Makroekonomi Teori Pengantar”. Jakarta: Rajawali
Press, Edisi Ketiga.
Suparmoko, M & Sofilda, Eleonora (2016): “Pengantar Ekonomi Makro”.
Tangerang: In Media. Edisi 5.
Materi Diatas dapat di akses melalui :
https://drive.google.com/drive/folders/185UDeMtauxu_dY3pFBolPkM7PcSetwpP
Untuk penjelasan dalam bentuk video dapat di akses melalui akun youtube : Himepa Unila
Tidak ada komentar:
Posting Komentar