PENDAPATAN NASIONAL
A. Konsep-Konsep Penghitungan PDB
Menurut Sukirno (2017: 34), PDB ( Produk Domestik Bruto) dapat diartikan
sebagai nilai barang-barang dan jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut
dalam satu tahun tertentu. Dalam bahasa Inggris PDB adalah GDP atau Gross
Domestic Product, yakni nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang
diproduksikan oleh faktor- faktor produksi milik warga negara atau WNA.
PNB (Produk Nasional Bruto) / Gross national Product (GNP) adalah konsep
dimana nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional hanyalah
barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh
warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung. Jadi dalam PNB
tidak dihitung produksi yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik
penduduk atau perusahann negara lain yang digunakan di negara tersebut.
Istilah Pendapatan Nasional (National Income) dimaksudkan menyatakan nilai
barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara. Pengertian lain adalah: Jumlah
pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk
memproduksian barang dan jasa dalam satu tahun tertentu.
Pendapatan Nasional sendiri dapat dihasilkan dari nilai barang dan jasa dengan
menggunakan harga berlaku, harga tetap, harga pasar dan harga faktor. Harga
berlaku adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara dalam satu
tahun dan dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut. Harga tetap
adalah harga yang berlaku pada satu tahun tertentu dan seterusnya untuk digunakan
menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun tertentu. Harga pasar, berarti
penghitungan nilai barang dan jasa itu menggunakan harga yang dibayarkan oleh
pembeli. Sedangkan harga faktor adalah harga yang dinilai tergantung pada jumlah
pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang
tersebut.
B. Manfaat Penghitungan Pendapatan Nasional
Menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai sesuatu negara dari tahun
ke tahun merupakan salah satu kegunaan penting dari dara pendapatan nasional.
Dengan adanya pengamatan tingkat pertumbuhan yang dicapai maka suatu negara
dapat dinilai prestasi ekonominya. Baik itu dalam jangka pendek maupun dalam
jangka panjang. Kesuksesan kegiatan ekonomi tersebut juga dapat dibandingkan
dalam mengendalikan dan membangun perekonomian negara tersebut. Bahkan
dapat juga sebagai pembanding dengan negara-negara lainnya.
Menurut Latumaerissa (2015: 21) manfaat penghitungan pendapatan nasional
adalah:
1. Data pendapatan nasional pada satu tahun tertentu memberi gambaran
tentang:
a) Tingkat kegiatan ekonomi negara yang dicapai dan nilai output yang
diproduksikan
b) komposisi dari perbelanjaan agregat
c) sumbangan berbagai sektor dalam mewujudkan pendapatan nasional
d) taraf kemakmuran yang dicapai.
2. Dapat membandingkan data pendapatan nasioanl dari tahun ke tahun akan
memberikan gambaran tentang:
a) tingkat pertumbuhan ekonomi
b) perubahan struktur ekonomi
c) peningkatan taraf kemakmuran masyarakat
C. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan Perkapita adalah pendapatan rata-rata untuk masing-masing penduduk
dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Manfaat penghitungan pendapatan
perkapita menurut Latumaerissa (2015: 23) adalah sebagai berikut:
1) Perbandingan data tingkat kesejahteraan antar negara
2) Perbandingan tingkat standar hidup suatu neagara dengan negara lain
3) Data untuk mengambil kebijakan atau sebagai bahan utama pertimbangan
dalam mengambil langkah ekonomi.
4) Data untuk melihat tingkat perbandingan kesejahterann masyarakat suatu
negara
Berikut adalah beberapa penyebab pendapatan perkapita dimana sebagai barometer
untuk mengukur taraf hidup rata-rata masyarakat masih memiliki kekurangan:
1) Tingginya pendapatan perkapita suatu negara dalam perhitungannya kurang
memperhatikan aspek pemerataan distribusi pendaptan dan harga barang
keperluan sehari-hari.
2) Tingginya pendapatan perkapita belum tentu mencerminkan secara realistis
tingkat kesejahteraan masyarakat, karena ada faktor-faktor lain yang
sifatnya relatif atau sangat subjektif sehingga seulit diukur tingkat
kesejahteraannya.
3) Tingginya pendapatan per kapita tidak menjelaskan mengenai masalah
pengangguran ang ada serta berapa lama seseorang itu bekerja.
Berdasarkan Bank Dunia (World Bank) tingkat pendapatan per kapita suatu negara
dibedakan menjadi empat kelompok antara lain:
1) Negara berpendapatan rendah (Low Income Economics)
2) Negara yang berpendapatan menengah ke bawah (Lower Middle
Economics)
3) Negara yang berpendapatan menengah tinggi (Upper Middle Economics)
4) Negara yang berpendapatan tinggi (High Income Economics)
D. Perubahan Pendapatan Nasional
Terdapat empat komponen yang mempengaruhi pergerakan naik atau turunnya
pendapatan nasional, diantaranya adalah:
a) Konsumsi Rumah Tangga (C) dan Tabungan (S)
Pengeluaran konsumsi dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
konsumsi untuk barang-barang yang awet, barang yang tidak awet, dan jasa.
Pada dasarnya PDB itu menghitung nilai produksi semua barang dan jasa
yang dapat dipasarkan atau dapat dijual untuk konsumsi. Barang yang habis
dipakai dalam waktu lebih dari satu tahun disebut barang awet. Barang yang
tidak awet adalah barang yang umur penggunaannya kurang dari satu tahun,
seperti: bahan makanan dan pakaian.
Naik turunnya konsumsi rumah tangga mempengaruhi penjualan
perusahaan dan produksi. Umumnya rumah tangga dapat membelanjakan
atau menabung dari pendapatannya, selanjutnya tiap presentase pendapatan
yang digunakan untuk konsumsi barang dan jasa meningkat maka akan
mengurangi porsi pendapatan untuk konsumsi, dan akan meningkatkan
persentase pendapatan yang ditabung.
Pendapatan sektor rumah tangga diperoleh dari balas jasa yang
disumbangkan ke sektor perusahaan yaitu berupa gaji, sewa, bunga dan
deviden. Sedangkan pendapatan sektor rumah tangga digunakan untuk
pengeluaran konsumsi dan sisanya untuk tabungan rumah tangga.
Secara umum faktor penentu konsumsi dan tabungan rumah tangga adalah:
Tingkat pendapatan disposabel rumah tangga, karena disposable
income sebagai cerminan daya beli rumah tangga.
Suku bunga: Kecenderungan menabung akan tinggi bila suku bunga
dianggap tinggi bagai rumah tangga atau lebih menjanjikan
memperoleh pendpatan lebih besar di masa datang. Sebaliknya dengan
suku bunga rendah rumah tangga enggan enabungkan danaya atau
merasa lebih baik mengkonsumsi.
Sikap Berhemat: sikap hemat berkaitan dengan konsep APC, MPC,
APS, dan MPS
Distibusi Pendapatan: masyarakat yang distribusi pendapatan yang
lebih merata tingkat tabungannya relatif sedikit karena kecenderungan
mengkonsumsi.
Kondisi perekonomian: dalam perekonomian yang mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara tangguh dan pengangguran sedikit kecenderungan pengeluaran konsumsi relatif
aktif dan kurang menabung. Masyarakat akan lebih berhati-hati dalam
melakukan pengeluaran konsumsi.
b) Investasi (I)
Biasanya yang dimaksud dengan lnvestasi adalah investasi bruto oleh
perusahaan, yaitu jumlah nilai pasar dari bangunan dan peralatan yang tahan
lama serta perubahan di dalam nilai persediaan perusahaan (inventory), Jadi
investasi bruto meliputi: pembangunan pabrik, pembelian mesin-mesin baru
dan pembangunan rumah baru serta tamba han persediaan perusahaan.
c) Pengeluaran Pemerintah (G)
Pemerintah membeli barang dan jasa untuk memperlancar kegiatannya.
Apabila seorang Bupati Kepala Daerah selaku pemerintah membeli mesin,
maka pembelian ini termasuk pengeluaran pemerintah. Selain untuk
pembelian barang dan jasa, ada juga pengeluaran yang bersifat transfer.
d) Ekspor dan Impor (X-M)
Ekspor (X) dan impor (M) biasanya ditulis menjadi satu dalam tanda kurung
yaitu (X- M). Ini disebut dengan ekspor/impor neto. Yang tercakup di dalam
ekspor/impor neto tersebut tidak hanya ekspor/impor barang, melainkan
mencakup pula ekspor/impor jasa. ekspor neto adalah nilai dari ekspor
barang dan jasa dikurangi dengan nilai dari impor barang dan jasa.
E. Penghitungan Pendapatan Nasional
Ada 3 pendekatan untuk mengetahui besarnya PDB dan “pendapatan nasional
yaitu:
1) Pendekatan produksi atau pendekatan nilai tambah atau value added
approach.
Produk neto (net output) berarti nilai tambah dalam suatu proses produksi.
Dengan demikian cara kedua untuk menghitung pendapatan nasional ini
adalah cara menghitung dengan menjumlahkan nilai tambah yang
diwujudkan oleh perusahaan di berbagai lapangan usaha perekonomian.
Penggunaan cara ini dalam menghitung pendapatan nasional menpunyai
tujuan penting, yaitu ;
a) Untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi di
dalam mewujudkan pendapatan nasional.
b) Sebagai salah satu cara untuk menghindari penghitungan dua kali,
yaitu dengan hanya menghitung nilai produksi neto yang
diwujudkan pada berbagai tahap proses produksi.
Dengan cara menjumlahkan seluruh“ sektor “kegiatan ekonomi selama
periode tertentu. Biasanya 1 tahun.
2) Pendekatan pendapatan atau income approach atau earning approach.
Dalam buku mikroekonomi sudah ditreangkan bahwa faktor-faktor
produksi dibedakan menjadi 4 golongan : tanah, tenaga kerja, modal, dan
keahlian keusahawanan. Apabila faktor produksi itu digunakan untuk
mewujudkan barang dan jasa akan diperoleh berbagai jenis pendapatan,
yaitu tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja
memperoleh gaji dan upah, modal memperoleh bunga dan keahlian
keusahawanan memperoleh keuntungan.
3) Pendekatan pengeluaran atau expenditure approach.
Dalam menghitung pendapatan nasional berdasarkan pengeluaran,
pengeluaran untuk barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian
dibagi menjadi empat komponen: 1). Konsumsi rumah tangga (C); 2)
pengeluaran pemerintah (G); 3) pembentukan modal sektor swasta
(investasi / I); 4) Ekspor bersih (ekspor dikurangi impor / X-M).
F. Menentukan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Manfaat dari pentingnya data pendaptan nasional adalah untuk menentukan
tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara dari tahun ke tahun, berikut adalah
beberapa cara menghitung tingkat pertumbuhan:
Untuk menghitung tingkat pertumbuhan adalah:
Dimana:
g = tingkat pertumbuhan ekonomi dan dinyatakan dalam persen
PN riil1 = pendapatan nasional untuk tahun dimana tingkat pertumbuhan
ekonominya dihitung
PN riil0 = pendapatan nasional pada tahun sebelumnya.
Dalam keadaan dimana suatu negara tidak melakukan penghitungan pendapatan
nasional menurut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi
penghitungan harus dilakukan dua tahap menurut Sukirno (2016):
1) Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan
nasional pada harga masa ini
2) Menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi.
Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan nasional
pada harga masa ini dilakukan dengan menggunakan cara berikut:
Dimana:
PN riiln = pendapatan nasional riil tahun n
HIn = harga indeks atau pendeflasi pendapatan nasional pada tahun n
PN masa kini = pendapatan nasional pada harga masa kini, yaitu pada tahun n.
Referensi
Case and fair. 2008. “Prinsip-prinsip Ekonomi, Edisi Kedelapan, Jilid Dua, Jakarta:
Erlangga.
Mankiw N,Gregory, dkk, 2012, Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba
Empat.
Sukirno, Sadono (2017). “Makroekonomi Teori Pengantar”. Jakarta: Rajawali
Press, Edisi Ketiga.
Suparmoko, M & Sofilda, Eleonora (2016): “Pengantar Ekonomi Makro”.
Tangerang: In Media. Edisi 5.
Materi Diatas dapat di akses melalui :
https://drive.google.com/drive/folders/1x6JY9AtlmIUVKmolQL7XZ7YOTXjMKMVH
Untuk penjelasan dalam bentuk video dapat di akses melalui akun youtube : Himepa Unila
Tidak ada komentar:
Posting Komentar